Peran Penting Kreator Konten dalam Promosi Bahasa Indonesia

Peran Penting Kreator Konten dalam Promosi Bahasa Indonesia

Muhammad Kadafi, anggota Komisi X DPR RI asal Lampung, menyoroti peran penting kreator konten dalam mempromosikan bahasa Indonesia. Pernyataan itu disampaikan dalam kegiatan Diseminasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi VI di Hotel Radisson, Bandar Lampung pada Selasa, 24 September 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang bekerja sama dengan Komisi X DPR RI ini diikuti oleh 100 peserta dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, pelajar, dan pemerhati bahasa. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan KBBI kepada masyarakat luas serta memperkuat penggunaan bahasa Indonesia sebagai identitas nasional. Kadafi menilai bahwa para penutur muda saat ini memiliki gaya bahasa sendiri, bahkan banyak istilah yang hanya dimengerti oleh penutur muda. Meskipun begitu, ia berharap agar bahasa Indonesia sebagai identitas nasional tidak hilang. Peran kreator konten muda sangat penting untuk mempromosikan bahasa Indonesia melalui konten-konten menarik agar bahasa Indonesia tetap diminati dan dijaga, khususnya oleh kalangan muda.

Lebih lanjut, Kadafi juga menyampaikan apresiasi kepada Badan Bahasa atas terselenggaranya kegiatan ini. “Kegiatan diseminasi ini sangat penting sebagai salah satu cara untuk menjaga bahasa dan budaya kita. Teknologi kini memungkinkan kita untuk melestarikan bahasa, termasuk bahasa daerah, seperti bahasa Lampung yang memiliki aksara khusus,” kata Kadafi. Ia menambahkan bahwa kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk memperkuat literasi dan pelestarian bahasa daerah di Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Desi Ari Pressanti, Kepala Kantor Bahasa Provinsi Lampung, menyampaikan pentingnya bahasa sebagai bagian dari identitas bangsa. “Badan Bahasa memiliki misi untuk memperkuat literasi kebahasaan, melestarikan bahasa daerah, serta mempromosikan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Kami juga terus berupaya memperbaiki tata kelola agar transparan dan akuntabel,” ujar Desi. Ia juga menjelaskan bahwa KBBI Edisi VI telah mengalami peningkatan yang signifikan dari edisi sebelumnya. Jumlah lema yang termuat kini mencapai 120.000 dengan penambahan lebih dari 18.000 lema baru. Desi menyoroti penggunaan aplikasi KBBI daring yang tidak hanya memudahkan masyarakat dalam mengakses kamus, tetapi juga memungkinkan masyarakat untuk berkontribusi dalam pengembangan bahasa melalui partisipasi aktif dalam mengusulkan kata atau memperbaiki entri yang ada.

Dalam sesi tanya jawab, sejumlah peserta menyampaikan pertanyaan terkait dengan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peserta, Kelvin Kunia Pratama, menanyakan bagaimana menjaga keseimbangan antara penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah agar keduanya tetap terjaga.  Untuk merespons hal tersebut, Desi menjelaskan bahwa bahasa Indonesia dan bahasa daerah dapat hidup berdampingan. “Peran keluarga sangat penting dalam mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anak di rumah. Sementara, bahasa Indonesia diperoleh melalui pendidikan formal. Dengan cara ini, keduanya bisa berkembang bersama-sama,” ungkapnya.

Pertanyaan yang berbeda mengenai Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) disampaikan oleh Syafiq. Ia bertanya tentang regulasi kewajiban UKBI bagi tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Desi menjelaskan bahwa UKBI sebelumnya diwajibkan bagi orang asing yang bekerja di Indonesia. Namun, aturan ini tidak lagi diterapkan secara ketat karena berbagai faktor ekonomi. Meskipun demikian, tenaga kerja asing (TKA) dianjurkan mempelajari bahasa Indonesia minimal untuk berkomunikasi sehari-hari. “Saat ini UKBI lebih diprioritaskan bagi calon penerima beasiswa unggulan. Bagi TKA tidak diwajibkan. Namun, mereka dianjurkan untuk belajar bahasa Indonesia,” tambahnya.

Selain membahas tentang KBBI, kegiatan ini juga menyinggung upaya pemerintah dalam meningkatkan literasi di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Kadafi menyebut bahwa DPR RI mendukung penuh upaya pengembangan literasi melalui pembangunan ruang baca di berbagai tempat publik, seperti mal, rumah sakit, dan bandara. Selain itu, pemerataan akses internet di daerah-daerah terpencil juga menjadi prioritas untuk memastikan seluruh anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan kemampuan literasi.

Dokumentasi




Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa