Kemah Cerpen Provinsi Bengkulu: Pelestarian Bahasa Daerah melalui Kreativitas Menulis
Bengkulu, 24 November 2024—Dalam upaya melestarikan bahasa daerah dan mengembangkan kreativitas penulisan cerpen bagi generasi muda, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) melalui Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu menyelenggarakan kegiatan Kemah Cerpen yang berlangsung pada tanggal 24—27 November 2024 di Hotel Splash, Bengkulu. Kegiatan ini mengundang para peserta untuk menghasilkan karya cerita pendek (cerpen) yang menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Rejang dan bahasa Bengkulu.
Pada tahun 2024 Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu merevitalisasi tiga bahasa daerah lokal, yaitu bahasa Enggano, Rejang, dan Bengkulu dialek Serawai, dialek Pasemah, dialek Nasal, dialek Lembak, dan dialek Pekal. Namun, dalam kemah cerpen ini peserta berasal dari penutur bahasa Rejang dan bahasa Bengkulu dengan dialek-dialeknya. Alasan mengapa bahasa Enggano tidak masuk adalah karena kurangnya siswa di Pulau Enggano yang tertarik dengan kepenulisan cerpen berbahasa daerah. Hal ini akan berakibat pada minimnya output antologi cerpen berbahasa Enggano. Selain itu, anggaran yang terbatas juga menjadi alasan mengapa hanya dua bahasa saja yang diangkat pada Kemah Cerpen 2024.
Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan bahasa daerah melalui dunia literasi. “Melalui kegiatan ini, kami berharap adik-adik dapat menghasilkan cerpen yang baik sebagai upaya pelestarian bahasa daerah,” ujar Laily.
Selama empat hari peserta yang terdiri atas siswa SMP diharapkan dapat menghasilkan karya berupa cerpen yang berakar dari kekayaan budaya dengan bahasa daerah yang mereka kuasai. "Cerpen yang dihasilkan nantinya akan dibukukan dalam sebuah antologi dan diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang mempromosikan keberagaman bahasa daerah di Indonesia," tambah Laily.
Kegiatan Kemah Cerpen ini juga menjadi pintu gerbang bagi para peserta untuk mengikuti festival Tunas Bahasa Ibu di Jakarta pada bulan Februari 2025 mendatang. Festival ini akan mengumpulkan tunas-tunas bahasa dari seluruh Indonesia serta memberikan kesempatan langka bagi mereka untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman. “Tidak semua peserta berkesempatan untuk mengikuti acara nasional ini. Jadi, manfaatkan sebaik-baiknya kesempatan yang ada untuk mengembangkan kemampuan menulis dan melestarikan bahasa daerah,” kata Laily.
Pada acara ini, para peserta juga diberi kesempatan untuk berkonsultasi langsung dengan para narasumber berpengalaman yang memberikan panduan dan masukan terkait dengan kualitas cerita pendek yang mereka tulis. "Jangan ragu dengan karya kalian karena ini adalah pelatihan menulis untuk meningkatkan kemampuan penulisan dan mengasah kreativitas. Karya yang dihasilkan harus asli dan kami akan mendampingi setiap proses hingga tercipta sebuah antologi cerpen yang berkualitas," tegas Laily.
Acara ini juga dilengkapi dengan sesi diskusi mengenai teknik penulisan cerita pendek yang baik dan tema-tema yang relevan dengan kekayaan budaya lokal. Di malam penutupan pada tanggal 26 November 2024, peserta dan panitia mengadakan evaluasi terhadap hasil karya yang telah dihasilkan dengan harapan kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi pengembangan literasi dan pelestarian bahasa daerah.
Kegiatan ini diikuti oleh 40 peserta, yang terdiri atas 30 siswa SMP yang merupakan pemenang Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi atau siswa yang sebelumnya telah mengikuti pengimbasan materi Menulis Cerita Pendek Berbahasa Daerah dalam Program Revitalisasi Bahasa Daerah dan 10 orang pendamping yang berasal dari guru-guru di setiap kabupaten/kota. Pendamping mendampingi siswa dalam proses menulis cerpen selama kegiatan berlangsung. Kehadiran para pendamping ini sangat penting karena mereka berfungsi untuk memberi dukungan dan bimbingan kepada para siswa dalam proses kreatif mereka.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para peserta dapat menambah rasa bangga terhadap bahasa daerah mereka dan berkontribusi dalam upaya pelestarian budaya melalui karya sastra. Dengan adanya Kemah Cerpen, diharapkan lebih banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah melalui dunia literasi. “Ini adalah kesempatan langka yang harus dimanfaatkan dengan baik. Semoga kegiatan ini tidak hanya menghasilkan cerpen berkualitas, tetapi juga menumbuhkan kesadaran baru akan pentingnya pelestarian bahasa daerah melalui penulisan,” tutup Laily. Kegiatan Kemah Cerpen ini menjadi contoh nyata dari upaya pemerintah dalam mendorong generasi muda untuk berperan aktif dalam melestarikan warisan budaya dan bahasa daerah di Indonesia. (amy)
Dokumentasi