Hadiah Puisi Kemerdekaan untuk Indonesia dari Pemelajar BIPA Asal Mesir

Hadiah Puisi Kemerdekaan untuk Indonesia dari Pemelajar BIPA Asal Mesir

Puisi-puisi bertema kemerdekaan sudah lumrah ditulis oleh penyair Indonesia. Namun, bagaimana jika puisi kemerdekaan itu ditulis oleh warga negara asing yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan Indonesia?

Itulah yang dilakukan oleh Mariam Ashraf. Pemelajar program BIPA asal Mesir ini menulis puisi bertema kemerdekaan yang berjudul “Sisi Perjuangan”. Puisi tersebut dikemas dengan suasana nasionalisme yang tinggi dan mampu menggiring imajinasi pembaca untuk kembali ke zaman penjajah. Puisinya mengingatkan kita betapa pahitnya perjuangan pahlawan dalam merebut kemerdekaan, betapa sakitnya dijajah dan diinjak-injak, hingga akhirnya bendera Indonesia bisa berkibar tanpa batas.

Dalam keterangan tertulisnya, Mariam mengaku bahwa ketika menulis puisi tersebut ia turut merasakan pedihnya dijajah dan membayangkan sulitnya memperoleh kemerdekaan. Bahkan, imajinasinya muncul ketika ia menonton film Indonesia yang bertema kemerdekaan sehingga lahir nuansa simpatik yang membuatnya mampu menulis sebuah puisi untuk bangsa Indonesia. Hebatnya, puisi tersebut sempat viral di kanal YouTube sahabat Mariam yang merupakan orang Indonesia dan banyak yang menggunakan puisi tersebut, baik untuk festival baca puisi, untuk tugas organisasi, maupun hanya sekadar tugas sekolah.

Video puisi tersebut ditonton lebih dari 28 puluh ribu kali dalam satu minggu penayangan dan terus bertambah. Tidak sedikit warganet yang mengirim pesan pribadi dan menyebut Mariam dalam unggahan cerita di instagram mereka. Hal tersebut cukup mengejutkan Mariam. Ia tidak menyangka bahwa karyanya mendapat pujian dan diminati oleh warga Indonesia.

 

Bercita-cita menjadi penyair berbahasa Indonesia

Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang digagas oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) ini berangsur-angsur mencetak generasi berprestasi. Mariam yang mulanya tidak mampu berbahasa Indonesia, kini telah pandai merangkai diksi hingga menjadi puisi, bahkan ia juga pandai membacakannya.  Mariam pernah menjuarai lomba cipta dan baca puisi di ajang pemilihan bakat di Mesir, pernah berkunjung ke Indonesia sebagai Peserta Apresiasi bagi Pemenang Lomba Pidato dan Bercerita dalam Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APLP BIPA) pada tahun 2018, dan terakhir Mariam pernah menapaki gelar juara tingkat internasional dalam Festival Handai yang diadakan oleh Badan Bahasa. Lomba tersebut diikuti oleh warga asing dari berbagai negara pada tahun 2020 lalu.

Saat ditanya tentang motifnya belajar sastra, ia merasa mempelajari sastra adalah salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan bahasa. Menurutnya, belajar bahasa di kelas seputar kaidah dan percakapan tidaklah cukup. Peran sastra sangat penting baginya sehingga hal itulah yang mendorong Mariam untuk terus mengembangkan bakatnya. Bahkan, ia berharap akan ada kelas khusus sastra, tidak hanya di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin), tempat Mariam belajar bahasa selama ini, tetapi juga di seluruh negara.

Selain itu, sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan sastranya, Mariam kerap berdiskusi dengan temannya di luar Puskin, seperti belajar membaca puisi dan mengurasi puisi. “Karena kelas khusus sastra tidak ada di Puskin, saya memilih berdiskusi dengan teman saya di Indonesia, seperti membuat puisi dan belajar membaca puisi,” ungkapnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh teman wanita Mariam yang berusia 27 tahun. Teman wanitanya ini kerap berkolaborasi dengan Mariam dalam menciptakan karya. Ia mengakui bahwa Mariam adalah sosok yang gigih dan cepat dalam belajar, tidak perlu waktu lama untuk mengajari Mariam tentang ekpresi, intonasi, dan pembawaan lainnya dalam berpuisi. Selain itu, Mariam tidak pernah mengeluh bosan ataupun lelah. Ia terus berupaya bagaimana menghasilkan karya yang maksimal.

Lebih lanjut, ia berharap bahasa Indonesia kian diminati sehingga upaya pemerintah untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional semakin cemerlang. Pemelajar tidak hanya mahir berbahasa Indonesia, tetapi juga mampu mengasah bakatnya dalam berbagai bidang dan menciptakan karya. 

Selain menyukai puisi, Mariam juga berbakat dalam bidang melukis, bercerita, drama, dan suka bernyanyi. Sebenarnya ini bukan yang pertama kali Mariam menciptakan puisi dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa puisi lain yang pernah dimuat di salah satu media cetak Indonesia, antara lain puisi berjudul “Menanti Waktu Harmonis” yang bercerita tentang persahabatan, puisi berjudul “ Sepiku”, “Kerinduan”, dan “Kepergian Seorang Ayah”. Karya-karya tersebut tidak lepas dari kolaborasinya bersama sahabat yang menghadirkan mimpi untuk kembali datang ke Indonesia sebagai penyair berbahasa Indonesia. Berikut puisi “Sisi Perjuangan” karya Mariam Ashraf, kurator Devi Virhana.

 

"Sisi Perjuangan”

 

Bendera Holandia telah berada di setiap gang buntu.

Mengepak di langit negaraku mempersempit cita-citaku hingga nafasku hilang.

 

Wahai negara suciku Indonesia.

Negara hijauku yang telah bertahan lama melihat ragam bendera di atas bangunannya.

Tanahmu haus akan darah para pahlawan yang memanggil setiap jiwa, memuaskan tumpah darah pahlawan, yang menjadikan tanahmu subur untuk kemerdekaan dan kebebasan.

Darah pahlawan telah membangun negeri ini, bak sinar matahari yang membentengi, mengabadikan 17 Agustus sebagai hari kemerdekaan.

Demi tanahmu Indonesiaku, kami akan mengangkat benderamu sampai ke langit ketujuh, suara kemerdekaan akan terus bergema di setiap jalan.

Demi tanah ini kita akan berteriak, sampai darah kita habis kita akan berteriak, Merdeka! Merdeka! Sampai nama Indonesiaku mendunia.

Wahai Indonesia, hai Indonesia! Aku ingin mendengar teriakanmu yang setia bahwa darah pahlawan tidak sia-sia.

 

Ayo, berteriak Merdeka! Merdeka!

Dengan jiwa, hidup, dan usia kami

Kami akan menjaga tanah ini

Senyum manis Indonesiaku

Melarutkan kebencian musuh

Jangan bersedih, jangan bersedih

dan angkatlah kepalamu setinggi-tingginya

 

Hari ini tanahmu merdeka lagi

Darah para pahlawan akan tetap dalam warna benderamu untuk menghidupkanmu kembali.

Telah gugur pahlawanku

Tunai sudah janji bakti

Gugur satu tumbuh seribu

Gugur satu tumbuh seribu

Tanah Air Jaya pasti

Indonesiaku

 

Mendapat Apresiasi dari Duta Besar dan Mendikbudristek

“Sesuatu yang dilakukan dari hati, akan sampai ke hati”. Tampaknya, itulah ungkapan yang cocok untuk Mariam, dirinya yang selama ini berkarya sepenuh hati akhirnya menuai banyak pujian, tidak hanya dari masyarakat Indonesia. Kabar baik ini juga sampai ke telinga Mendikbudristek. Pria yang akrab disapa Mas Menteri ini turut mengapresiasi karya Mariam yang membanggakan melalui pesan pribadinya kepada Aminudin Aziz (Kepala Badan Bahasa). Mas Menteri berencana akan memberikan apresiasi dan kejutan kepada Mariam.

Hal serupa juga dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Mesir, Lutfi Rauf yang ingin mengundang Mariam dalam pertemuan khusus sebagai bentuk apresiasi kepada Mariam. Hebatnya lagi, Puskin yang selama ini diasuh oleh KBRI Kairo berencana membuka kelas khusus sastra dan meminta Mariam sebagai pionirnya.

Kegirangan pun melanda wanita 23 tahun ini. Apresiasi yang terus mengalir membuatnya bersemangat dalam berkarya. Ia berharap suatu hari nanti akan lahir karya pemelajar BIPA lain untuk Indonesia yang sudah dianggap sebagai negara kedua baginya.

Kini, berbekal kemahirannya berbahasa Indonesia, Mariam telah membuka kelas khusus bahasa Amiyah Mesir bagi pelajar Indonesia yang ada di Mesir dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Inilah salah satu bukti bahwa bahasa Indonesia telah diminati negara di dunia. Antusiasme warga asing ini telah menempatkan bahasa Indonesia di posisi ke-25 dari 250 Wikipedia berbahasa asing di dunia dan masuk dalam 10 besar bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Pada tahun 2045 bahasa Indonesia ditargetkan menjadi bahasa Internasional dengan mulai mempopulerkan slogan #BahasaIndonesiaMendunia.(Devi Virhana)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa