Badan Bahasa Ujikan 115 Buku Bahan Bacaan Literasi Baru

Badan Bahasa Ujikan 115 Buku Bahan Bacaan Literasi Baru

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa melalui Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi telah selesai mengadakan Uji Keterbacaan Bahan Bacaan Literasi 2021 kepada 480 peserta siswa jenjang TK/TA—SMP/MTs di Hotel Yello Harmoni, Jakarta. 

Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 30 November hingga 5 Desember 2021. Pada hari pertama dan kedua pengujian diikuti oleh 160 peserta dari siswa TK/RA. Pada hari ketiga dan keempat kegiatan diikuti oleh 160 siswa SD/MI kelas 1, 2, 3. Sementara itu, pada hari kelima dan keenam kegiatan ini diikuti oleh 160 siswa SD/MI tinggi—SMP/MTs. Seluruh peserta mengikuti kegiatan pengujian ini beserta pendampingnya masing-masing.

Selain bertujuan untuk menyosialisasikan buku bacaan literasi yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan buku bacaan literasi dari aspek materi, penyajian, grafika, dan bahasa. Selain itu, pengujian bahan bacaan ini juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan, keunggulan, serta kelayakan buku yang diterbitkan dan dibaca oleh anak Indonesia.

Dewi Nastiti selaku koordinator KKLP Literasi mengatakan bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah memulai penyediaan bahan bacaan literasi sejak tahun 2016. Bahan literasi yang dapat dimanfaatkan oleh para guru, komunitas baca, dan orang tua tersebut berupa buku digital yang bisa diakses di laman budi.kemdikbud.go.id. Selain itu, ada juga sepuluh buku yang dialihwahanakan menjadi video dan sudah disiarkan di TVRI untuk belajar di rumah dan dua Buku Model Pembelajaran Literasi.

Adapun buku yang diujikan adalah 75 buku cerita anak bergambar dengan sasaran pembaca adalah siswa PAUD (prabaca 2), SD kelas 1 (pembaca dini), serta siswa SD  kelas 2 dan 3  (pembaca awal). Buku bergambar ini mengangkat tema seputar keluarga dan sahabat, satwa dan tumbuhan, hobi, kesehatan, dan kearifan lokal. Sementara itu, 40 komik yang diuji keterbacaannya ditujukan kepada pembaca jenjang SD tingkat tinggi dan SMP dengan mengangkat tema dari karya sastra lama, salah satunya adalah cerita “Sabai Nan Aluih”.

Lebih lanjut, kriteria buku yang diujikan merupakan karya asli, bukan karya plagiarisme. Buku tersebut sesuai dengan tema dan fokus karakter; tidak mengandung unsur pornografi, ujaran kebencian, dan propaganda; serta tidak bias gender dan unsur SARA.

Sementara itu, peserta pelaksanaan uji keterbacaan dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri atas 10 pasang peserta. Setiap kelompok akan mendapatkan 8—11 buku untuk dibaca. Kemudian, setiap peserta membaca buku yang dibagikan oleh pengawas. Setelah membaca, pendamping peserta mengisi angket/instrumen uji keterbacaan berdasarkan pandangannya dan pandangan peserta anak terhadap buku yang dibaca. Selanjutnya, peserta membaca minimal enam buku dan mengisi minimal enam angket keterbacaan. Demikian mekanisme kegiatan yang dijelaskan oleh Laveta Pamela sebagai penanggung jawab kegiatan uji keterbacaan tersebut.

Laveta berharap peserta benar-benar serius dalam membaca dan jujur dalam memberikan penilaian karena menurutnya peserta yang hadir mewakili anak-anak Indonesia sehingga hasil penilaian tersebut dapat menjadi acuan dalam menyempurnakan bahan bacaan literasi. (Dv, Zhr)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa