Revitalisasi Tradisi Lisan Gambus: Punahnya Tradisi Lisan, Hilangnya Budaya Loka

Revitalisasi Tradisi Lisan Gambus: Punahnya Tradisi Lisan, Hilangnya Budaya Loka

Rengat—Punahnya tradisi lisan, maka hilanglah salah satu budaya lokal masyarakat pemiliknya.  Sebab salah satu ciri kepunahan tradisi lisan dapat dilihat dari usia pelakonnya di atas 50 tahun dan tidak ada regenerasi. Untuk itu, diperlukan saluran penguat identitas lokal yang mewadahinya dan perhatian dari pemerintah.

Demikian sambutan Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Drs. Muhammad Muis pada Pertunjukan Revitalisasi Tradisi Lisan Gambus di kawasan wisata Dusun Lemang, Desa Rantaulangsat, Kecamatan Batanggansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, Kamis, 17 Juni 2021.

Gambus merupakan tradisi lisan masyarakat Melayu Tua di daerah Kecamatan Batanggansal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau. Tradisi lisan yang berisi syair dan pantun sudah hidup dari zaman nenek moyang suku Talang Mamak. Namun, kini tidak ada pewarisan sehingga dikhawatirkan tradisi lisan yang sarat dengan nasihat ini akan punah. Inilah yang mendasari Balai Bahasa Provinsi Riau melakukan kegiatan revitalisasi tradisi lisan berbasis sekolah tersebut.

Kegiatan ini melibatkan tiga orang pelatih, yaitu Tatung, Suwer, dan Mantan, serta 10 orang siswa Pondok Pesantren Lemang yang setingkat SLTP. Tatung adalah tokoh masyarakat Melayu Tua yang tinggal di pusat desa. Ia merupakan “maestro” gambus yang masih bisa mengajarkan tradisi ini kepada generasi muda Desa Rantaulansat. Kegiatan yang berpusat di Dusun Lemang ini dilakukan dengan beberapa kali latihan dan tiga kali perekaman, yaitu pada tanggal 17 Februari, 6—10 Maret, dan 17 Juni 2021. Puncak acara yang berupa penampilan atau festival diselenggarakan pada Kamis, 17 Juni 2021.

Tradisi lisan gambus berisi syair nasihat yang diringi musik melayu yang khas. Kekhasan musik melayu itu berupa gambus dan gendang buluh yang menjadi milik masyarakat Talang Mamak dalam kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tiga Puluh. 

Muhammad Muis juga menekankan bahwa apa yang dilakukan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau hanya sebagai pemantik. Ke depan, program ini dapat dilanjutkan oleh pemerintah daerah atau provinsi. Muis berharap agar upaya revitalisasi akan bermanfaat di masyarakat sehingga tradisi sastra lisan gambus tetap hidup dan dapat terus dilestarikan. “Anak-anak yang tadinya malu dan tidak tertarik dengan gambus, sekarang dengan adanya apresiasi di panggung maka mereka akan bangga terhadap kekayaan budaya yang mereka miliki,” harap Muis.

Yang hadir dalam acara tersebut, diantaranya adalah Kepala Bagian Kebudayaan, Dinas Pendidikan, dan Kebudayaan Kabupaten Indragiri Hulu, Syafruddin; Camat Batanggansal, H. Elinaryon; Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Fifin Jagosara; Kepala Desa Rantaulansat, Helmi; dan Ketua BPD Rantaulangsat, Raja Alamsyah. Camat berharap pewarisan tradisi lisan gambus tidak hanya berbasis sekolah, tetapi juga berbasis masyarakat. “Setelah ini, kami masih berharap Balai Bahasa Provinsi Riau juga memperhatikan kelestarian terhadap tradisi lisan lain yang ada di aliran Batanggansal, seperti tradisi Cicak Inai, yaitu prosesi perkawinan yang hidup dalam masayarakat kami,” kata Elinaryon.

Sementara itu, Syafruddin sangat mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau. Pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Indragiri Hulu akan lebih memberi tempat agar tradisi lisan gambus makin diperhatikan. “Kami saat ini juga sedang proses pembuatan buku tentang budaya Inhu dan akan memasukkan gambus dalam buku tersebut sebagai kekayaan masyarakat Inhu,” kata Syafruddin.

Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT), Fifin Jagosara juga mengungkapkan kekagumannya atas penampilan siswa yang memainkan musik gambus yang berisi pantun nasihat dengan piawai. Fifin berharap agar tradisi yang ada di kawasan penyangga TNBT tetap dapat dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.

Medan yang berat dan kondisi sosial masyarakat yang masih memegang kuat tradisi dan bersahabat ini didokumentasikan dalam bentuk video dan narasi sebagai hasil akhir dari kegiatan revitalisasi. Hampir dua ratus orang hadir menyaksikan pertunjukan tradisi lisan gambus yang merupakan hasil dari proses latihan sejak bulan Februati lalu. Kru TVRI Riau Kepri juga ikut mendokumentasikan kegiatan tersebut untuk disiarkan pada acara nasional. (Ir)

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa