Bahasa "PR" Peringkat Ke-5 Nasional

Bahasa

JAKARTA, (PR).- Harian Umum Pikiran Rakyat ("PR") menempati peringkat ke-5 media berbahasa Indonesia terbaik tingkat nasional. Hal ini terungkap pada acara puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2009 di Kantor Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Rawamangun, Jakarta, Rabu (28/10). Pencapaian ini menunjukkan peningkatan signifikan karena pada tahun 2008 "PR" berada di peringkat ke-8. Sementara pada tahun 2007, "PR" berada di peringkat ke-6. Ketua Panitia Penilaian Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa, Ani Mariani menjelaskan, dewan juri diketuai Abdul Gaffar Ruskhan (Pusat Bahasa), sedangkan anggota dewan juri adalah Mustakim (Pusat Bahasa), Maria D. Andriana (Antara), Maskun Iskandar (Lembaga Pers Dr. Soetomo), dan Mulharnetti Syas (Ketua Jurusan Jurnalistik IISIP Jakarta). Menurut Ani, tim juri telah menilai 1.500 naskah dari 45 media massa cetak di seluruh Indonesia, sampai akhirnya tim juri menetapkan sepuluh koran sebagai pengguna bahasa Indonesia terbaik. "PR" menjadi surat kabar daerah yang menempati peringkat tertinggi. Dari daftar 10 peringkat pengguna bahasa Indonesia terbaik, 3 di antaranya adalah surat kabar daerah yakni "PR" (5), Tribun Jabar (9), dan Tribun Manado (10). Ani menjelaskan, penilaian atas struktur kalimat mendapat porsi terbesar yakni 40 persen, kemudian gaya bahasa (25 persen), ejaan (25 persen), dan gaya penulisan (10 persen). Dijelaskan, struktur kalimat mencakup logika bahasa. "Kalimat yang rancu tentu menjadi penilaian minus," ujarnya. Gaya bahasa, menurut Ani, misalnya menyangkut kekeliruan penggunaan "agar supaya", "adalah merupakan", atau diksi yang tidak tepat. Ejaan menyangkut tanda baca, tepat-tidaknya penulisan kata serapan, atau penggunaan bahasa asing yang berlebihan padahal sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, gaya penulisan menyangkut ciri khas suatu media yang tetap harus mengacu kepada aturan bahasa, misalnya kata bahasa daerah harus dimiringkan. Mustakim menyebutkan, struktur kalimat mendapat bobot tertinggi karena faktor ini akan menentukan mudah-tidaknya makna kalimat dicerna oleh pembaca. Menurut dia, struktur kalimat yang salah akan membuat pembaca mengalami kesulitan saat menangkap makna, bahkan sangat mungkin makna yang ditangkap tidak sesuai dengan maksud penulis. "Ejaan juga tentu berperan dalam kelancaran informasi, tetapi dampaknya tidak sekuat struktur kalimat sehingga bobot penilaiannya tidak setinggi struktur kalimat," katanya. Mustakim mengemukakan, pemeringkatan media berbahasa Indonesia terbaik telah menunjukkan pengaruh positif karena pengelola media terus berupaya memperbaiki segi kebahasaannya. "Banyak di antara mereka yang mendatangkan narasumber pakar bahasa untuk meningkatkan kemampuan bahasa para pengelola media tersebut. Saya pikir suasana seperti ini bagus agar penggunaan bahasa Indonesia di media terus meningkat. Bagaimanapun, media cetak menjadi bahan bacaan masyarakat setiap hari," ujar Mustakim yang juga Kepala Bidang Pembinaan Pusat Bahasa. Pada acara itu juga diserahkan berbagai penghargaan lainnya menyangkut kegiatan bahasa dan sastra. Tampak hadir Wakil Kepala Sementara Pusat Bahasa yang juga Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Depdiknas Agus Dharma, Ph.D., sesepuh pembinaan bahasa Indonesia Prof. Dr. Anton Moeliono, dan para pakar bahasa lainnya. (A-61)*** Sumber: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=106789

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa