Naskah-naskah Batak Koleksi Dr. H.n. Van Der Tuuk Di Universitas Leiden

Naskah-naskah Batak Koleksi Dr. H.n. Van Der Tuuk Di Universitas Leiden

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional mengadakan Ceramah Ilmiah pada hari Selasa, 23 Agustus 2005, di Gedung Samudera Pusat Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta Timur. Ceramah tersebut mengurai masalah “Naskah-Naskah Batak Koleksi Dr. H.N. van der Tuuk di Universitas Leiden” dengan nara sumber Dr. Clara Brakel (Universitas Leiden) dan Nelson L. Toruan, M. Hum. (Balai Bahasa Sumatera Utara). Dr. Clara Brakel adalah peneliti sastra dan kebudayaan Sumatera Utara yang telah melakukan penelitian sejak tahun 1970-an bersama suaminya, Prof. Lode F. Brakel (alm). Dalam ceramah ilmiah itu, Clara menyampaikan bahwa tujuan Dr. H.N. van der Tuuk (1824-1894) mengumpulkan naskah Batak adalah untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Batak, membuat Kamus Batak (Nederduitsch Woordenboek), mengumpulkan bahan mengenai kebudayaan Batak, dan membuat tata bahasa Batak Toba. Naskah Batak pada umumnya ditulis pada kulit kayu, bambu, dan tulang (biasanya tulang rusuk dan bahu kerbau). Naskah yang terbuat dari kertas adalah naskah yang paling baru karena orang Batak baru mengenal bahan kertas pada abad ke-19 setelah kedatangan van der Tuuk. Menurut Clara, saat ini lebih dari 90% naskah Batak tersebut berada di luar negeri. Selanjutnya, Nelson L. Toruan, M.Hum. menyampaikan bahwa naskah Batak merupakan bukti kemajuan tradisi tulis Batak selama berabad-abad. Naskah itu perlu diterjemahkan untuk melestarikan hasil kebudayaan bangsa masa lalu, juga sebagai usaha pencarian nilai-nilai budaya bangsa yang ada di dalamnya. Nilai-nilai budaya bangsa yang didapat dari naskah lama melalui penerjemahan tidak hanya untuk disimpan di perpustakaan atau museum, tetapi juga harus diketahui oleh masyarakat umum yang lebih luas. Salah satu caranya adalah dengan menghidupkan kembali tradisi yang positif dengan memublikasikan naskah tersebut dan menampilkannya dalam seni pertunjukan atau dalam bentuk lainnya. Melalui cara itu akar budaya bangsa yang hidup berabad-abad lalu dapat digali lagi sehingga kebudayaan nasional yang dibangun benar-benar berasal dari hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia.(hr)

Admin Badan Bahasa

-

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa