Triyanto Triwikromo

Triyanto Triwikromo lahir di Salatiga, 15 September 1964. Lulus Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Semarang. Sebelum sebagai seorang sastrawan beliau pernah bekerja sebagai guru dan pekerja kasar di diskotik. Di samping bekerja sebagai redaktur sastra di harian Suara merdeka Semarang, dia juga menulis cerpen di Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo, Suara Pembaharuan, Matra, Bernas, Jawa Pos, Pelita, Suara Merdeka, dan Republika. Selain sebagai seorang penulis, dia kerap mengikuti pertemuan teater dan sastra. Antara lain menjadi pembicara dalam “Pertemuan Teater Indonesia 1998” di Yogyakarta, mengikuti “Pertemuan Sastrawan Indonesia 1997” di Padang, dan menjadi aktivis Gerakan Revitalisasi Sastra Perdalaman. Beliau juga pernah membuat naskah sinetron yang berjudul Anak-Anak Mengasah Pisau yang digarap sutradara Dedi Setiadi. Pada tahun 1989 beliau dinobatkan sebagai penyair terbaik majalah Gadis. Tahun 1990 beliau dinyatakan sebagai salah seorang penyair terbaik versi Dirjen Kesenian RI. ''Mata Sunyi Perempuan Takroni'' terpilih sebagai salah satu cerpen terbaik Kompas 2002. KARYA: Cerpenis yang dikatagorikan Korri Layun Rampan ke dalam “Angkatan 2000” ini beberapa cerpennya dianalogikan bersama cerpenis lain dalam: 1. Panorama Dunia Keranda (1991), 2. Kasidah Jalan Raya (1992), 3. Kicau Kepodang I (1993), 4. Ritus (1995), 5. Negeri Bayang-Bayang (1996), 6. Gerbong: Antologi Puisi dan Cerpen Indonesia Modern (1998), 7. Pintu Tertutup Salju (2000 bersama Herlina Solehan), 8. Rezim Seks dan Ragaula (2002), 9. Children Sharpening the Knives (2003), 10. kumpulan cerpen Sayap Anjing (2003). Kumpulan Cerpen Terbarunya dibuat dalam dwibahasa (Inggris-Indonesia) Cerpen-cerpen beliau antara lain, 1. “Tujuh Belas Agustus, Tampa Tahun” (1991), 2. “Monumen” (1991), 3. “Ritus Penyalipan” (1992), 4. “Labirin Kesunyian” (1992), 5. “Sepanjang Waktu dalam Penyalipan-Mu” (1993), 6. “Litani Kebinasaan”, (1993), 7. “Ninabobo Televisi” (1996), 8. “Cinta Tak Mati-Mati” (1997), 9. “Masuklah ke Telingaku Ayah” (1999), 10. “Mata Sunyi Perempuan Takroni” (2002), 11. “Sepasang Anjing Sepasang Cermin” (2002), 12. “Cermin Pasir” (2002), 13. “Sunyi Merambat Seperti Ular” (2002), 14. “Morgot” (2002), 15. “Ikan Asing dari Weipa – Nappranum” (2002), 16. “Cermin Pasir” (2002), 17. “Cinta Sepasang Kupu-Kupu” (2003), 18. “Genjer” (2003), 19. “Malam Sepasang Lampion” (2003), 20. “Cutdacraeh” (2003), 21. “Seperti Gerimis yang Meruncing Merah” (2003), 22. “Sayap Anjing” (2003), 23. “Aku, Ular, Surga Terakhirmu” (2003), 24. “Angin dari Ujung Angin” (2004), 25. “Malaikat Kakus” (2005), 26. “Sayap Kabut Sultan Ngamid” (2005), 27. “Lumpur Kuala Lumpur” (2005), 28. “Malaikat Tanah Asal” (2006), 29. “Belenggu Salju” (2007), 30. “Badai Bunga” (2007), dan 31. “Matahari Musim Dingin” (2007).

Admin Badan Bahasa

-

Triyanto Triwikromo

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa