Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah, tanggal 6 Februari 1925. Ayahnya adalah seorang guru yang mula-mula bertugas di HIS di kota Rembang, kemudian menjadi kepala guru di sekolah swasta di Boedi Oetomo sampai menjadi kepala sekolah tersebut. Ibunya anak seorang penghulu di Rembang. Pada tahun 1950 ia menikah dengan wanita yang sering datang ke penjara ketika ia di penjara. Pramoedya Ananta Toer menamatkan pendidikan di sekolah rendah (sekolah dasar) Institut Boedi Oetomo di Blora. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan selama 1,5 tahun ke Sekolah Teknik Radio Surabaya (Radio Volkschool Surabaya) di Surabaya (1940—1941). Pada tahun 1942 Pramoedya pergi ke Jakarta. Ia bekerja di kantor Berita Jepang Domei sebagai juru ketik. Sambil bekerja, ia mengikuti pendidikan di Taman Siswa (1942—1943) dan mengikuti kursus di Sekolah Stenografi (1944—1945). Selanjutnya, ia kuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) dalam mata kuliah filsafat, sosiologi, dan sejarah. Pada tahun 1945 ia keluar dari tempa kerjanya, yaitu Kantor Berita Jepang Domei dan pergi menjelajahi Pulau Jawa. Pada tahun 1946 Pramoedya menjadi anggota Resimen 6 Devisi dengan pangkat letnan dua Tentara Keamanan Rakyat yang ditempatkan di Cikampek. Ia kembali ke Jakarta tahun 1947. Tanggal 22 Juli 1947 ia ditangkap marinir Belanda karena menyimpan dokumen gerakan bawah tanah menentang Belanda. Kemudian, ia ditahan di penjara pemerintah Belanda di Pulau Edam dan di di Bukit Duri, Jakarta, sampai tahun 1949. Pada tahun 1950—1951 ia bekerja di Balai Pustaka sebagai redaktur. Pada tahun 1952 Pramoedya mendirikan dan memimpin Literary dan Fitures Agency Duta sampai tahun 1954. Tahun 1953 ia pergi ke Belanda sebagai tamu Sticusa (Yayasan Belanda Kerja Sama Kebudayaan). Tahun 1956 ia berkunjung ke Peking, Tiongkok, untuk menghadiri peringatan hari kematian Lu Sun. Pada tahun 1958 Pramoedya Ananta Toer anggota Pimpinan Pusat Lembaga Kesenian Jakrta (Lekra) yang berada di bawah Partai Komunis Indonesia (PKI). Keterlibatnnya dengan Lekra menjadikannya harus berhadapan dengan seniman yang tidak sealiran, terutama yang menentang PKI, seperti dalam penandatanganan Manifestasi Kebudayaan. Pada tahun 1962 ia menjabat redaktur Lentera. Selain itu, ia juga menjadi dosen di Fakultas Sastra, Universitas Res Publika, Jakarta, sebagai dosen Akademi Jurnalistik Dr. Abdul Rivai. Pada masa kejatuhan Partai Komunis Indonesia, Pramoedya dibuang ke Pulau Buru karena dianggap terlibat PKI yang saat itu PKI hendak menggulingkan pemerintah Republik Indonesia tanggal 30 September 1960. Ketika terjadi penangkapan terhadapnya, ia mendapatkan penyiksaan. Setelah itu, ia dipenjara di Tangerang, Salemba, Cilacap, dan selama sepuluh tahun hidup di pengasingan Pulau Buru. Karyanya yang ditulis selama dalam pengasingan itu pada umumnya dilarang diedarkan oleh Kejaksaan Agung. Setelah rezim Orde Baru jatuh, (1998), Pramoedya Ananta Toer dibebaskan dari pengasingan di Pulau Buru. Pramoedya Ananta Toer yang mengarang sejak tahun 1940-an telah menghasilkan banyak karya sastra, yaitu cerpen, novel, esai, dan karya terjemahan. Karya Pramoedya banyak yang sudah diterjemahkan dalam bahasa asing, yaitu Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, Rusia, dan Jepang. KARYA: a. Novel 1. Sepuluh Kepala Nica (1946) 2. Kranji Bekasi (1947) 3. Perburuan (1950) 4. Keluarga Gerilya (1950) 5. Mereka yang Dilumpuhkan (1951) 6. Bukan Pasar Malam (1951) 7. Di Tepi Kali Bekasi (1951) 8. Gulat di Jakarta (1953) 9. Midah, Si Manis Bergigi Emas (1954) 10. Korupsi (1954) 11. Calon Arang (1957) 12. Suatu Peristiwa di Banten Selatan (1958) 13. Bumi Manusia (1980) 14. Anak Semua Bangsa (1980) 15. Jejak Langkah (1985) 16. Gadis Pantai (1987) 17. Hikayat Siti Mariah (1987) 18. Rumah Kaca (1987) 19. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995) 20. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1996) 21. Arus Balik (1995) 22. Arok Dedes (1999) 23. Larasati (2000) b. Kumpulan Cerita Pendek 1. Subuh (1950) 2. Percikan Revolusi (1950) 3. Cerita dari Blora (1952) 4. Cerita dari Jakarta (1957) c. Novel Terjemahan 1. Tikus dan Manusia karya John Steinbeck (1950) 2. Kembali kepada Cinta Kasihmu karya Leo Tolstoy (1950) 3. Perjalanan Ziarah yang Aneh karya Leo Tolstoy (1956) 4. Kisah Seoraang Prajurit Soviet karya Mikhail Sholokov (1956) 5. Ibu karya Maxim Gorky (1956) 6. Asmara dari Rusia karya Alexander Kuprin (1959) 7. Manusia Sejati karya Boris Posternak (1959) Karena kreativitasnya dalam menulis karya sastra, Pramoedya Ananta Toer banyak mendapat hadiah, anugerah, dan penghargan. Hadiah, anugerah, dan penghargan yang diterima Pramoedya adalah sebagai berikut: 1. Hadiah Sastra dari Balai Pustaka atas novelnya Perburuan (1950) 2. Hadiah Sastra dari BMKN atas kumpulan cerpennya Cerita dari Blora (1952) 3. Anugerah Freedom to Write Award (PEN American Centre, Amerika Serikat) (1980) 4. Anugerah The Fund for Free [removed]New York, Amerika Serikat) (1992) 5. Anugerah Stichting Wertheim dari negeri Belanda (1995) 6. Anugerah Ramon Magsaysay dari Filipina (1995) 7. Penghargaan Unesco Madanjeet Singh Prize oleh Dewan Eksekutif Unesco (1996) 8. Anugerah Le Chevalier de l’ordre des Arts et des Letters dari Prancis (2000)