Edwar Djamaris

Dr. Edwar Djamaris dilahirkan di Cingkariang. Bukittinggi, Sumatra Barat, pada tanggal 7 Juli 1941. Ia anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan pertama, sekolah rakyat negeri sampai dengan SMA diselesaikannya di Bukittinggi. Masing-masing Sekolah Rakyat Negeri Cingkariang tamat tahun 1955, SMPN V tamat tahun 1958, dan SMA Teladan bagian A tamat tahun 1961. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, tamat pada bulan Januari 1969.

Setelah lulus, pada bulan April tahun 1969 ia bekerja di Lembaga Bahasa Nasional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) sebagai pegawai honorer. Pada tahun 1971 ia diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil dan pada tahun 1972 resmi diangkat sebagai pegawai negeri sipil dengan pangkat penata muda, golongan III/a.

Pada tahun 1973 ia mendapat kesempatan mengikuti penataran Filologi-Sejarah yang diselenggarakan oleh Konsorsium Sastra dan Filsafat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, bekerja sama dengan Universitas Leiden, Belanda. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi, ia terpilih menjadi peserta pendidikan lanjutan di Universitas Leiden, Belanda, pada bulan November 1974—Oktober 1975 bersama lima orang dosen, yang berasal dari UI (1 orang), UGM (2 orang), dan Unpad (2 orang). Setelah selesai mengikuti pendidikan di Leiden, ia mempersiapkan penelitian untuk menyusun disertasi.

Pad bulan Juni—Mei 1979, ia mendapat kesempatan lagi mengikuti pendidikan dan penulisan persiapan disertasi di bawah bimbingan Dr. R. Roolvink di Universitas Leiden atas beasiswa dari UNESCO Belanda.

Sepulangnya dari negeri Belanda untuk kedua kalinya, ia diberi tugas memimpin Subbidang Sastra Lama, Bidang Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Bahasa. Disamping itu ia mulai aktif melakukan penelitian serta menulis buku, kritik, dan esai sastra Indonesia lama dan sastra Minangkabau. Banyak karya tulis yang dihasilkannya , sementara penulisan disertasi tertunda.

Dengan bertambahnya ilmu sastra, khususnya filologi yang diperolehnya dari Belanda, ia menulis sebuah makalah yang berisi petunjuk penelitian filologi. Makalah itu kemudian terbit dalam majalah Bahasa dan Sastra (1977) dengan judul “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi”. Berdasarkan petunjuk penelitian filologi itu, ia bersama staf Bidang Sastra, Pusat Bahasa, melakukan penelitian naskah lama di Museum Nasional (sekarang naskah itu tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta) dalam rangka melestarikan dan menambah khazanah sastra Indonesia lama dan sastra daerah. Beberapa buku berhasil ditulisnya, baik sebagai penulis tunggal maupun penulis utama, dan beberapa di antaranya sudah diterbitkan.

Di samping itu , ia mulai mengarahkan penelitian sastra rakyat Nusantara untuk tujuan mengungkapkan nilai budaya dalam sastra rakyat Nusantara. Ia mengemukakan idenya itu dalam Seminar Hubungan Sastra dan Budaya, di Pusat Bahasa, 14—17 Maret 1990, dalam makalahnya yang berjudul, “Nilai Budaya dalam Sastra Minangkabau: Kaba Rambun Pamenan.” Makalah itu dinilai dalam seminar tersebut sebagai contoh yang baik untuk penelitian nilai budaya dalam sastra rakyat Nusantara. Ia mulai memperkenalkan penelitian nilai budaya dalam penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa dengan judul mata sajian “Menggali Nilai Budaya dalam Sastra Nusantara”. (1990). Salah satu makalah nilai budaya yang ditulisnya adalah “Nilai Budaya dalam Kaba Kaba Magek Manandin” Simposium Ilmu Humaniora, Fakultas Sastra, UGM, Maret 1991.     

Selanjutnya, ia memimpin penelitian nilai budaya dalam sastra rakyat Nusantara. Ia beserta staf peneliti Bidang Sastra menulis naskah penelitian nilai budaya dalam sastra rakyat Nusantara dengan bantuan dana dari Proyek Pembinaan  Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Bahasa, sebanyak 13 naskah dan 5 sudah diterbitkan tahun 1993 dan 1996.

Pada tahun 1985 ia diberi kesempatan lagi melanjutkan penelitian penulisan disertasi atas dorongan dari Prof. Anton M. Moeliono, Kepala Pusat Bahasa. Kesempatan itu tidak disia-siakannya dan ia berhasil menyelesaikan disertasinya dan memperoleh gelar doktor dalam ilmu-ilmu sastra dari Universitas Indonesia, Jakarta, dengan predikat sangat memuaskan pada bulan Juni 1989. Ia merupakan orang pertama di Pusat Bahasa yang memperoleh gelar doktor dari sepuluh calon doktor yang direncanakan oleh Pusat Bahasa.

Pada tahun 1985 di Pusat Bahasa dibuka kesempatan untuk menduduki jabatan fungsional tenaga peneliti. Ia langsung mendaftarkan diri dan berhasil menduduki jabatan peneliti madya setingkat golongan IV/b pada tahun 1987. Kenaikan pangkat peneliti selanjutnya diraihnya dengan mulus. Pada tahun 1994 ia menduduki jabatan ahli peneliti muda, tahun 1996 sebagai ahli peneliti madya, dan akhirnya ia memperoleh jabatan tertinggi sebagai tenaga peneliti, yaitu ahli peneliti utama (APU) tahun 1999.

Setelah menduduki jabatan struktural Kepala Subbidang Sastra Lama, ia dipercayai menduduki jabatan Kepala Bidang Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Bahasa, tahun 1991—1997. Di samping itu, ia juga dipercayai sebagai Pemimpin Proyek Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah pada tahun 1989—1994.

Selain bekerja di Pusat Bahasa, ia juga aktif memberi kuliah di berbagai fakultas sastra, seperti di Universitas Indonesia, Universitas Nasional, Program Pascasarjana Unpad, dan Program Pascasarjana UNJ dengan mata kuliah Sejarah Sastra Indonesia Lama, Pengantar Filologi, Metode Penelitian Filologi, dan Telaah Sastra. Ia juga aktif menjadi penguji dan pembimbing penulisan skripsi dan tesis.

Kepeduliannya terhadap sastra ditunjukkan dengan keikutsertaan dalam mengelola organisasi kesusastraan Asia Tenggara, Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA) yang anggotanya terdiri atas Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia, sejak berdirinya tahun 1996. Ia sebagai Wakil Ketua Bidang Sastra Tradisional (1998—2001)

Ia juga aktif dalam organisasi ASEAN Committe on Culture and Information (ASEAN COCI), khususnya Sub-Committe on Culture, mewakili Pusat Bahasa (1991—1999). Beberapa kali ia ikut sebagai delegasi Indonesia dalam sidang ASEAN COCI.

Ia juga ikut menyusun beberapa naskah sastra  ASEAN, dua diantaranya sudah diterbitkan oleh ASEAN COCI, yaitu (1) ASEAN Folk Literature: An Anthology (1995) dan (2) Modern Literature of ASEAN (2000)      

Tulisannya sudah banyak diterbitkan/dipublikasikan, baik berupa buku, makalah ilmiah, maupun makalah populer. Naskah hasil penelitian dan penyusunan yang dilakukannya sudah diterbitkan berupa buku sebanyak 39 buku. Buku tersebut isinya bermacam-macam, seperti hasil penelitian bidang filologi berupa suntingan teks karya sastra Indonesia lama dan sastra rakyat Minangkabau: penerapan teori sastra berupa pengungkapan makna dan fungsi sastra, pengungkapan nilai budaya dan sejarah sastra, serta pengembangan teori dan metode penelitian sastra, khususnya filologi.

Edwar Djamaris yang menikah dengan Derwita telah dikaruniai 4 orang anak, yaitu 2 laki-laki dan 2 perempuan. Ia juga sudah mempunyai 6 orang cucu.

Pada hari Minggu, tanggal 21 Oktober, pukul 14.20, Edwar Djamaris meninggal dunia di rumah sakit Persahabatan, Jakarta, karena sakit. Jenazahnya dimakamkan di TPU Perwira, Bekasi.

 

Karya

Buku:

  1. Hikayat Bakhtiar, Alih Aksara/Suntingan Naskah. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Dedikbud, 1978.)
  2.  Naskah Undang-Undang, dalam Sastra Indonesia Lama. Alih Aksara/Suntingan Naskah (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Dedikbud, 1979.)
  3.  Nuruddin Ar-Raniri: Khabar Akhirat dalam Hal Kiamat, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Dedikbud, 1983.)
  4. Hikayat Nabi Mikraj, Hikayat Nur Muhammad, dan Hikayat Darma Tasiya, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1983.)
  5. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1984.)
  6.  Kaba Mamak si Hetong, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1985.)
  7. Sastra Minangkabau Lama, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1985.)
  8. Kaba si Ali Amat, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1985.)
  9. Hikayat Puti Balukih: Cerita Klasik dalam Sastra Minangkabau, Alih Aksara/Suntingan Naskah (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1985.)
  10. Antologi Sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1985.)
  11. Puisi Indonesia Lama Berisi Nasihat, (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1986.)
  12. Kaba si Untuang Suda, Suntingan Naskah disertai terjemahan Bahasa Indonesia (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1988.)
  13. Kaba Kambang Luari, (Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1988.)
  14. Kaba Bujang Paman dan Kaba Rambun Pamenan (Suntingan Naskah, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Depdikbud, 1988.)
  15. Antologi Sastra Indonesia Lama I: Sastra Pengaruh Peralihan (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1988.)
  16. Terjemahan Kaba Mamak si Hetong (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1990.)
  17. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Balai Pustaka, 1990.)
  18. Pedoman Umum Bahasa Minangkabau (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1990.)
  19. Tambo Minangkabau: Suntingan Teks Disertai Analisis Struktur (Balai Pustaka, 1991.)
  20. Kaba Rambun Pamenan (Saduran), (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1992.)
  21. Sastra Daerah di Nusa Tenggara Barat: Analisis Tema, Amanat, dan Nilai Budaya, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1993.)
  22. Sastra Daerah di Sumatra: Analisis Tema, Amanat, dan Nilai Budaya, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1993.)
  23. Nilai Budaya dalam beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Sumatra: (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1993.)
  24. Sastra Daerah di Sumatra: Analisis Tema, Amanat, dan Nilai Budaya, (Balai Pustaka, 1994.)
  25. Sastra Daerah di Kalimantan:  Analisis Tema, Amanat, dan Nilai Budaya, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1994.)
  26. Hikayat Seribu Masalah: Suntingan Teks, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1994.)
  27. Asean Folk Literature: An Anthology,(Ed.) (ASEAN Committe on Culture and Information, 1995.)
  28. Nilai Budaya dalam beberapa karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di Kalimantan, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1996.)
  29. Hamzah Fansur dan Nuruddin ar-Raniri: Pengenalan Tokoh Sastrawan Lama, (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1996.)
  30. Sastrawan Indonesia “Rendra” Penerima Hadiah Sastra Asia Tenggara 1996. (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1996.)
  31. Sastrawan Indonesia “Seno Gumira Ajidarma” Penerima Hadiah Sastra Asia Tenggara (SEA Write Award) (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1997.)
  32. Modern Literature of ASEAN (Ed.), (ASEAN Committe on Culture and Information, 2000.)
  33. Direktori Edisi Naskah Nusantara, (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2000.)
  34. Cerita Rakyat Minangkabau: Dongeng Jenaka, Dongeng Berisi Nasihat, serta Dongeng Berisi Pendidikan Moral dan Budaya, Suntingan Teks dan Terjemahan. (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2001.)
  35. Metode Penelitian Filologi, (CV Manasco, Jakarta, 2002.)
  36. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, (Yayasan Obor Indonesia, 2002.)
  37. Adab dan Adat: Refleksi Sastra Nusantara (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2003.)
  38. Kaba Minangkabau: Ringkasan Isi Cerita serta Deskripsi Tema dan Amanat, (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2004.)
  39. Sastra Melayu Lintas Daerah, (Pusat Bahasa, Depdiknas, 2004.)

 

Penghargaan

  1. Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dianugrahkan oleh Presiden RI, Megawati Soekarnoputri, No. 37885/4-22/2001
  2. Piagam Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun dianugrahkan oleh Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono, No. 1419/4/225
Edwar Djamaris

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa