Mendikbud Membuka Kongres Bahasa Indonesia X
Jakarta—Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA. membuka secara resmi Kongres Bahasa Indonesia X di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Senin, 28 Oktober 2013. Acara yang diselenggarakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, itu dihadiri 1.168 orang yang terdiri atas pakar, praktisi, pemerhati, dosen, guru, mahasiswa, serta pencinta bahasa dan sastra. Mereka itu datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Perwakilan dari luar negeri yang hadir adalah Ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Ketua Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, serta perwakilan Singapura, Timor Leste, Jepang, Rusia, Jerman, Belgia, Australia, dan Pakistan.
Dalam sambutannya, Nuh menyampaikan keinginannya agar peran bahasa Indonesia di kancah global diperkuat dengan mengikuti peran Indonesia dalam bidang ekonomi dan politik yang masuk kelompok G-20 dan hendaknya juga diiringi peran dari aspek sosial dan budaya, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia, yang saat ini termasuk bahasa dengan jumlah penutur keempat terbesar di dunia dan dipelajari di 45 negara. Oleh karena itu, bahasa Indonesia tidak hanya sekadar digunakan sebagai bahasa lokal, tetapi mampu berkiprah di dunia internasional dan memberikan masukan serta sinergi positif bagi kemajuan harkat dan martabat umat manusia di dunia. Nuh menambahkan bahwa saat ini telah dilakukan kerja sama Indonesia dengan berbagai perguruan tinggi di dunia untuk mendirikan pusat pembelajaran bahasa Indonesia, seperti kerja sama yang telah terjalin dengan Cina, Australia, dan Jerman.
Sementara itu, Kepala Badan Bahasa, Prof. Dr. Mahsun, M.S., mengatakan bahwa penyelenggaraan kongres ini merupakan pengukuhan kembali hakikat kongres bahasa Indonesia I di Solo pada tahun 1938, yaitu bahasa Indonesia tidak hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai jati diri bangsa. Saat itu bangsa Indonesia tidak dibangun atas fondasi ras ataupun agama, tetapi fondasi bahasa meskipun saat itu jumlah penutur bahasa Melayu sebanyak 500 ribu orang dan bahasa Jawa 41 juta orang. Namun, karena bahasa Melayu memiliki sebaran geografis di seluruh kawasan Nusantara, Melayu Betawi di Jawa, Melayu Loloan di Bali, Melayu Ampenan di NTB, Melayu Larantuka di NTT, Melayu Ambon di Maluku, Melayu Papua di Papua, begitu pun di Sumatera, atas pemikiran segi keterwakilan wilayah, bahasa Melayu dipandang sangat representatif dijadikan bahasa negara. Dalam perkembangannya, peradaban dibangun atas politik identitas, yaitu bahasa nasional suatu negara ditempatkan sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Hal itulah yang menempatkan Badan Bahasa terlibat. Saat ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia telah memuat 340.000 istilah dan leksikal serta 350.000 istilah bidang ilmu.
Mahsun menambahkan bahwa melalui pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan rumusan atau rekomendasi yang dapat dijadikan arah kebijakan nasional kebahasaan dan kesastraan.
Tema yang diangkat dalam Kongres Bahasa Indonesia X ini adalah "Penguatan Bahasa Indonesia di Dunia Internasional". Tema itu dijabarkan ke dalam delapan subtema, antara lain, Bahasa Indonesia sebagai Penghela Ilmu Pengetahuan dan Wahana Iptek, Bahasa Indonesia sebagai Jati Diri dan Media Pendidikan Karakter Bangsa dalam Memperkukuh NKRI, Diplomasi Kebahasaan sebagai Upaya Jati Diri dan Pemartabatan Bangsa, Industri Kreatif Berbasis Bahasa dan Sastra dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa, Bahasa Daerah dan Bahasa Asing sebagai Pendukung Bahasa Indonesia, Membawa Sastra Indonesia sebagai Warga Sastra Dunia, Optimalisasi Peran Media Massa dalam Pemanfaatan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta Perkembangan Bahasa dan Studi Indonesia di Luar Negeri.
(an)