Temu Ilmiah Menelaah Pengajaran Bahasa Indonesia Berbasis Teks
Sentul—Dalam rangka memfasilitasi pengembangan bahasa Indonesia dalam pengajaran di sekolah, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) menyelenggarakan pertemuan ilmiah yang menghadirkan Prof. James Robert Martin, pakar bahasa (Profesor Linguistik) dari Sydney University, Australia, untuk menelaah bahan baku pengajaran bahasa Indonesia berbasis teks, bertempat di Aula Gedung B, Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK), Sentul, Jumat, 10 April 2015.
Dalam ceramahnya yang berjudul Story Genres: Pedagogy and Curriculum, James memaparkan bahwa pendekatan genre cerita mempunyai struktur yang meliputi orientasi, perilaku bermasalah, model perilaku, dan pelajaran. Dia mencontohkan cerita dalam sebuah fabel yang didalamnya terdapat pesan moral dan kepekaan sosial. Menurutnya, berhasil atau tidaknya pembelajaran berbasis teks sangat tergantung dari peran guru, untuk itu diperlukan penguatan penataran guru.
Teori genre pada pengajaran sekolah di Sydney menggambarkan genre sebagai hal dipentaskan atau proses sosial yang berorientasi pada tujuan. Dalam linguistik fungsional didefinisikan sebagai konfigurasi berulang makna yang memberlakukan praktek sosial budaya. Genre yang terkait dan dibedakan oleh pola global yang berulang, seperti urutan waktu, rumit acara, penjelasan proses, menjelaskan hal-hal, atau berdebat berdasarkan sudut pandang.
Ia juga menjelaskan bahwa sebelum suatu metode pembelajaran teks diberlakukan, harus ditentukan arah metode yang akan dituju. James berpesan bahwa genre dalam pembelajaran berbasis teks haruslah menghibur dan memudahkan siswa dalam belajar, oleh karenanya diperlukan suatu metode yang tepat dan terarah.
Dalam kaitannya dengan bahasa, genre bisa diartikan sebagai jenis teks. Setiap jenis teks memiliki ciri khas sendiri, karena itu mudah dikenali jenis teks apa yang sedang dibaca atau ditulis seseorang. Ciri khas suatu teks ada yang bersifat umum, ada pula yang terkait dengan budaya. Contohnya teks fungsional surat undangan. Gaya surat undangan pesta pernikahan bahasa Indonesia berbeda dengan gaya surat undangan bahasa Jawa dan berbeda pula dengan gaya surat undangan bahasa Inggris.
Selain pemaparan dari Prof. James Robert Martin, acara itu juga menghadirkan Plt. Kepala Bidang Diplomasi Kebahasaan, PPSDK, Drs. Maryanto, M.Hum. yang memaparkan temuannya terkait tantangan pengajaran teks bahasa Indonesia di lapangan, yaitu (1) teks dipahami sebagai bahasa tulis saja, dari sekian banyak jenis teks, (2) istilah ‘eksemplum’ dianggap paling ‘asing’ (lebih akrab dengan teks anekdot; juga teks argumentasi lebih terbiasa daripada teks eksposisi dan diskusi), (3) jenis teks (kurikulum 2013) dinilai masih kurang dari unsur sastra, (4) pembelajaran teks sudah sistematis: pemodelan dan kerja sama, serta kerja mandiri membangun teks tetapi variasi kegiatan belajar belum banyak pada setiap tahapan itu, dan (5) teks merupakan klaim ilmu pengetahuan (belum jelas di mana proses saintifik berlangsung). Menurutnya, sudah saatnya bahasa Indonesia tidak hanya sekadar pengetahuan, akan tetapi sebagai alat komunikasi dan pembawa ilmu pengetahuan yaitu bagaimana menghubungkan bahasa sebagai teks dan bahasa sebagai sains.
Acara itu dibuka oleh Kepala Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Dra. Yeyen Maryani, M.Hum. dalam pembukaannya, Yeyen menjelaskan bahwa saat ini kurikulum 2013 tengah dievaluasi dan disempurnakan. Untuk itu, diperlukan kajian mendalam yang menelaah pembelajaran berbasis teks, hal itulah yang mendasari diselenggarakannya pertemuan ilmiah ini. Acara itu dihadiri oleh pemerhati bahasa, pengajar Universitas Pertahanan, dan karyawan Badan Bahasa.
(an)