Bahasa Indonesia Perekat Persatuan Bangsa Indonesia
Jakarta—“Bahasa Indonesia merupakan perekat persatuan Bangsa Indonesia, dan merupakan cikal bakal nasionalisme modern”. Hal itu dikemukakan oleh H. Irman Gusman, S.E., M.B.A. saat memberikan materinya yang berjudul “Penegakan Integritas Bangsa Melalui Layanan Publik Nasional dan Internasional’ pada hari keempat Seminar Politik Bahasa yang diadakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Sabtu, 6 Juni 2015, di Hotel Best Western, Jakarta.
Lebih lanjut, Irman menjelaskan bahwa pada akhir tahun 2015 Indonesia akan memasuki masyarakat ekonomi ASEAN dimana terjadi integrasi pasar, lalu lintas barang dan jasa juga pertukaran masyarakat, siap tidak siap kita harus meningkatkan daya saing untuk menghadapi hal tersebut dan tentu saja bahasa hal yang harus diperhatikan secara serius. Ada tiga pilar kerjasama regional yang akan terjadi yaitu ekonomi, pertahanan, dan budaya.
Tantangan yang akan dihadapi ialah bagaimana mempertahankan identitas budaya yang salah satunya adalah bahasa, dalam masyarakat ekonomi ASEAN tentu saja bahasa Indonesia mempunyai peluang yang besar menjadi bahasa komunikasi regional bahkan internasional. Hal itu harus menjadi visi dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, karena sebuah negara selain ekonomi yang harus di terus dikembangkan, bahasa dan budaya harus selalu dibangun, investasi budaya khususnya bahasa sangat penting membangun indentitas bangsa, tegas Irman.
Sementara itu, dalam acara penutupan Seminar Politik Bahasa di hari yang yang sama, Prof. Dr. Mahsun, M.S. menjelaskan bahwa secara tidak disadari saat ini terjadi gempuran yang luar biasa terhadap bahasa Indonesia, sehingga menjadi tugas bersama khususnya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bagaimana memartabatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan di luar negeri dan memiliki kekuatan di rumahnya sendiri.
Dari delapan makalah sidang pleno dengan subtema merajut kebinekaan bahasa sebagai pemerkukuh ikatan kebangsaan, strategi kebahasaan untuk memperkukuh ikatan negeri bahari, perspektif linguistik diakronis dan ikatan kebangsaan, bahasa melayu sebagai pendukung internasionalisasi bahasa indonesia, penguatan wawasan kebangsaan melalui bahasa sebagai tantangan dunia global, identifikasi konflik dan ancaman disintegrasi melalui gejala kebahasaan, bahasa-bahasa di indonesia wilayah timur sebagai penopang internasionalisasi bahasa indonesia, penegakan integritas bangsa melalui layanan publik nasional dan internasional.
Seminar Politik Bahasa yang berlangsung selama empat hari ini, menghasilkan rumusan yang secara umum memandang bahwa pemahaman terhadap kebebasan pada era reformasi dan globalisasi telah menyebabkan karut-marutnya penggunaan bahasa di ruang publik dan menimbulkan dugaan terjadinya pembiaran atas kekarut-marutan itu secara sistemis. Oleh karena itu, dipandang penting pengambilan langkah-langkah pembinaan, selain langkah-langkah pengembangan dan pelindungan bahasa serta pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan untuk menjaga keseimbangan antara upaya penciptaan keseragaman dan pengelolaan keberagaman bahasa di Indonesia serta untuk memajukan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa internasional, terutama di kawasan Asia Tenggara, guna membangkitkan kembali semangat Sumpah Pemuda 1928. (tri)