Pentingnya Pembiasaan Aktivitas Literasi di Lingkungan Keluarga

Pentingnya Pembiasaan Aktivitas Literasi di Lingkungan Keluarga

Literasi merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan sehingga literasi menjadi faktor terpenting untuk menjadikan sumber daya manusia Indonesia unggul. Hal itu disampaikan oleh Dewi Coryati, Anggota Komisi X DPR RI, dalam acara Sosialisasi Program Pembinaan Literasi Generasi Muda yang dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2023 di Hotel Golden Rich, Rejang Lebong, Bengkulu. 

Acara yang dihadiri oleh guru jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, dosen perguruan tinggi, perangkat desa, pegiat literasi, dan media ini menghadirkan pembicara kunci, yaitu Dewi Coryanti dari Komisi X DPR RI dan Hafidz Muksin selaku Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Selain itu, Dwi Laily Sukmawati sebagai Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu dan Retno Utami selaku Koordinator Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional (KKLP) Literasi juga hadir dalam acara tersebut.

Kegiatan kemitraan antara Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Badan Bahasa, Kemendikbudristek) dengan Komisi X DPR RI merupakan bentuk komitmen Badan Bahasa dalam mengusung moto Badan Bahasa Bermartabat, Bermanfaat agar kebijakan di bidang kebahasaan dan kesastraan dapat diketahui dan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat.

Dalam arahannya, Dewi Coriyati menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Program Pembinaan Literasi Generasi Muda. Penyelenggaraan kegiatan ini menandakan bahwa kita berkolaborasi dalam menyukseskan program prioritas Badan Bahasa. Indonesia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi aspek pengetahuan, teknologi, dan budaya harus terus mengembangkan budaya literasi. Oleh karena itu, penguatan literasi kebahasaan dan kesastraan menjadi salah satu program prioritas yang Badan Bahasa kerjakan. Kemudian, program prioritas tersebut diturunkan menjadi beberapa program kegiatan unggulan, salah satunya adalah pembinaan literasi generasi muda. Pengembangan budaya literasi generasi muda dilakukan melalui pendidikan yang terintegrasi mulai dari pendidikan nonformal dalam ranah keluarga, secara sosial di masyarakat, hingga pendidikan formal di sekolah. 

“Jika sejak kecil pendidikan literasi sudah dilakukan mulai dari lingkungan rumah dengan pembiasaan membaca dan mendongeng, skor PISA kita tentu akan meningkat, tetapi jika hanya mengandalkan guru-guru yang ada di sekolah, tentu ini menjadi beban yang berat. Oleh karena itu, pembiasaan literasi di dalam lingkungan keluarga menjadi sangat penting dilakukan,” ujar Dewi. Dewi juga menambahkan bahwa kebiasaan membaca dan memaknainya harus dimulai dari ranah keluarga. Orang tua membantu memberikan rangsangan kepada generasi muda untuk memulai membaca dan menularkan rasa cinta berliterasi kepada anak-anak sejak dini. 


Pada kesempatan yang sama, Hafidz Muksin mengatakan bahwa dalam upaya meningkatkan literasi di Indonesia, Badan Bahasa telah mencetak, mengirimkan, serta telah melakukan pendampingan dan pemanfaatan buku-buku literasi. “Demi meningkatkan literasi anak Indonesia, lebih dari 15,3 juta eksemplar buku bacaan bermutu telah dicetak dan dikirimkan ke satuan Pendidikan PAUD dan Satuan Pendidikan Dasar yang tingkat literasinya masih rendah berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN), khususnya di daerah 3T,’’ ujar Hafidz.  

Menurut hasil indeks aktivitas literasi membaca yang dilakukan Kemendikbudristek, indeks literasi rendah terjadi karena pemanfaatan buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan sekolah belum baik. Untuk itu, Badan Bahasa juga melakukan pelatihan dan pendampingan pemanfaatan buku bacaan untuk peningkatan literasi dari tingkat provinsi hingga tingkat kabupaten/kota kepada para guru. Guru-guru yang telah dilatih tersebut akan mengimbaskan ilmu yang telah diperoleh ke sekolah-sekolah sehingga akan menciptakan manfaat yang luar biasa agar siswa dapat menggemari dan mencintai aktivitas membaca buku. Selain itu, Hafidz juga mengingatkan bahwa pekerjaan rumah untuk mengatasi darurat literasi bukan hanya tanggung jawab Badan Bahasa Kemendikbudristek, melainkan seluruh elemen masyarakat Indonesia.

“Berdasarkan hasil Asesmen Nasional, tingkat literasi satu dari dua siswa rendah secara nasional. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran kita dan menjadi tanggung jawab kita ersama, bukan hanya Kemendikbudristek semata, melainkan seluruh masyarakat, orang tua, pemerintah, dan kita semua,” tutur Hafidz.

Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Dwi Laily Sukmawati, dalam laporannya juga menyebutkan bahwa Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan perpanjangan tangan dari Badan Bahasa, Kemendikbudristek di daerah telah melakukan Upaya kolaborasi dengan berbagai pihak, yaitu (1) Angkasapura II Bandara Fatmawati yang terkait dengan Gerakan Literasi nasional, yaitu penyediaan pojok baca di dalam ruang tunggu bandara; (2) Bank Indonesia yang terkait dengan penyediaan pojok baca dan referensi terkait dengan bahasa daerah; (3) Dinas Perpustakaan dan kearsipan Provinsi Bengkulu untuk penyediaan pojok baca di lobi perpustakaan provinsi, penyelenggaraan jambore literasi, dan fasilitasi narasumber dan juri untuk kegiatan peningkatan literasi; serta (4) Radio Republik Indonesia (RRI) melalui siaran berbahasa daerah yang bertajuk “Kecek Kito” yang memuat tiga bahasa besar di Bengkulu, yaitu bahasa Rejang, Enggano, dan Bengkulu dengan dialeknya. 

“Kami juga menyediakan produk-produk dan layanan literasi kebahasaan dan kesastraan daerah mulai dari kamus bahasa daerah, buku referensi tentang Bengkulu, cerita rakyat berbahasa daerah, cerita anak versi terjemahan dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia,” ungkap Laily.  Adapun produk-produk dan layanan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat luas dengan cara mengakses media sosial dan laman milik Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu. “Tentu saja kami berharap kolaborasi dan praktik baik dalam peningkatan literasi dapat terus dilaksanakan agar program kebahasaan dan kesastraan dapat dirasakan manfaatnya bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tutup Dwi Laily. (ZA) 

Sedang Tren

Ingin mengetahui lebih lanjut?

Kunjungi media sosial Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa